SAKSIKAN FILM SELENGKAPNYA DI SINI :
Kali ini kita akan melacak jejak kerajaan Tanjung ppura di tanah borneo melalui beberapa prasasti dan temuan akrkheologis di nusantara. Karena salah satu hubungan kerajaan tanjung pura ini erat kaitannya dengan majapahit, maka kita akan melajak jejak apakah tanjung pura ada dalam daftar temuan prasasti yang pernah di buat oleh majaphit di masanya.
Jika yang sudah masyhur sebelumnya bahwa nama tanjung pura di sebut dalam kitab negara kertagama karangan mpu prapanca, maka kali ini kita akan mencari temuan lain mengenai keberadaan Tanjung pura di masa silam dalam bentuk yang lain.
Yang menarik adalah ketika kami melacak dalam beberapa prasati, yang di buat pada zaman majapahit, nama kerajaan tanjung pura bahkan penguasanya di masa itu di sebut secara jelas.
Pada prasasti waringin pitu di sebutkan secara jelas mengenai Kerajaan Tanjung pura, Prasasti ini yang bertuliskan tahun 1447 Masehi, yang menyebutkan ada 14 keraton bawahan Majapahit dan seluruh anggota wangsa Girindra, dan disebut dengan gelar Bhre pada masa itu.
Prasasti Waringin Pitu dikeluarkan sri maharaja Wijaya Parakrama wardhana dyah Kertawijaya, yakni pada tahun saka 1369 bulan marggasira tanggal 15 Suklapaksa hari Rabu Umanis, wuku Kurantil. Dalam penanggalan masehi bertepatan dengan hari Rabu legi, 15 Pebruari 1447M.
Bertugas sebagai penulis piagam prasasti raja ini adalah Sang Pamegat Jambi Dang Acarya Ekanata, yang mahir dalam ilmu pengetahuan mengenai mantik dan bahasa sastra, ia juga pujangga keraton yang harum namanya.
Salah satu Isi pokok yang menarik dari daerah daerah bawahan yang ada di kekuasaan majapahit di salah satunya di sebut tanjung pura secara jelas adalah “ Paduka Bhattara ring Tanjungpura Manggala Wardhani Dyah Suragarini ”.
Penyebutan dalam prasati ini sangat menarik, sebab nama kerajaan Tanjung pura di sebut sekaligus dengan nama ratunya yakni “Manggala Wardhani Dyah Suragarini”. Yang menjadi pertanyaan adalah siapakah yang di maksud dengan nama manggala wardhani dyah suragarini tersebut ?.
Untuk mengetahui tabir misteri siapakah Manggala Wardhani Dyah Suragarini ?, kita akan mencoba untuk menelisik lebih dalam dan mempelajari hubungan dengan prasasti prasasti yang lain di masa majapahit.
Salah satu prasasti yang menyebutkan “Manggalawardhani Dyah Suragharini “ selanjutnya adalah prasasti Jiyu. Prasasti Jiyu satu di terbitkan pada tahun 1486M.
Parasasti ini merupakan bentuk dari pemberian anugerah dari Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya kepada sri paduka Brahmaraja Ganggadara, yang telah memimpin pelaksanaan rangkaian upacara sradda memperingati 12 tahun wafatnya Sang mokta ring Indrabuwana.
Siapa Sang Mokta Ring Indrabawana ini? , Dialah Bhatara ring Daha Manggalawardhani Dyah Suragharini, ibu kandung dari Dyah Ranawijaya.
Sebelumnya di sebutkan bahwa Setelah ratu Daha Jayawardhani dyah Jayeswari wafat, maka Bhre Tanjungpura yakni Manggalawardhani dyah Suragharini menggantikannya menjadi Bhre Daha.
Bhre Daha Manggalawardhani dyah Suragharini yang merupakan mantan permaisuri Sang Sinagara yang wafat pada tahun 1474M.
Menurut Pararaton, Bhre Tanjungpura adalah anak Bhre Tumapel II (abangnya Suhita). Bhre Tanjungpura bernama Manggalawardhani Dyah Suragharini yang berkuasa 1429-1464, dia menantu Bhre Tumapel III Kertawijaya.
Dari dua prasasti yang di temukan tersebut, misteri siapakah “Manggalawardhani Dyah Suragharini” masih belum terjawab sepenuhnya sebab dalam beberapa buku sejarah Kerajaan tanjung pura di kalimantan barat nama Manggalawardhani Dyah Suragharini tidak pernah di sebutkan.
Menurut salah seorang budayawan sekaligus pengamat sejarah tanjung pura, raden jamrudin mengungkapkan bahwa nama tersebut kemungkinan di dalam kerajaan tanjung pura saat itu adalah nama gelar, sebab menurutnya dalam tradisi melayu nama seseoroang bisa berbeda beda karena ada nama gelar, nama timang dana nama asli.
Jika Menurut pendapat dari salah satu peneliti balai arkhelogi banjarmasin Imam Hindarto, ia menjelaskan bahwa cerita junjung buih bukan hanya di Kalimantan namun juga tersebar di pulau madura dan sumatra. Masih menurut Imam, bahwa kisah Junjung buih dan prabu jaya di kerajaan tanjung pura bisa ditafsirkan sebagai pernikahan simbolik.
Kemudian kami menemukan sebuah buku berjudul “ sabdo palon” yang di tulis oleh damar sasongko , dalanm buku tersebut di sebutkan bahwa “Manggalawardhani Dyah Suragharini” memegang kerajaan tanjung pura yang juga bergelar putri junjung buih.
Hal ini sangat mengejutkan, sebab selama ini nama putri junjung buih di kerajaan tanjung pura juga di kenal sebagai Isteri dari prabu jaya atau brawijaya sebagai cikal bakal pendiri Kerajaan tanjung pura.
Tentu hal ini menjadi sbeuah teka teki dan pertanyaan tersendiri mengapa ada tumpang tindih nama dalam satu kerajaan yang sama, apakah ia adalah orang yang sama ataukah ia adalah orang yang berbeda, atau ada kemungkinan yang lain. Untuk menilisik hal ini, mari kita akan telusuri siapa sesungguhnya Manggalawardhani Dyah Suragharini yang juga di sebut Putri Junjung Buih.
Dalam cerita tutur dan beberapa sumber, nama puteri junjung buih juga ada di beberapa tempat, mislanya saja dalam tutur hikayat banjar, yang dalam video sebelumnya sudah kami ulas dalam episode siapakah prabujaya pendiri kerajaan tanjung pura.
Kemudian dalam beberpa literatur mengenai putri junjung buih di kerajaan tanjung pura , di ketahui nama asli putri junjung buih adalah layang putung atau dayang potong ia adalah anak dari siak bahulun atau siak bulun, pembahasan ini juga sudah pernah kami ulas pada video di chanel ini.
Maka dari tiga nama tersebut dapat di simpulkan bahwa sebutan putri junjung buih merupakan gelar yang populer di masa itu, sebagaimana nama brawijaya ada di beberapa nama dalam silsilah raja raja kerajaan majapahit.
Mesikupun hal ini masih perlu di lakukan penelitian lebih lanjut, namun ada beberapa petunjuk untuk mengurai beberapa kemungkinan mengenai nama Manggalawardhani atayu Dyah Suragharini sebagai Putri Junjung Buih yang di sebut sebagai Bhre Tanjungpura dalam prasasti waringin pitu tersebut.
Jika di runut dari silsilah wangsa girindra majapahit, atau silsilah keluarga besar dalam kerajaan majapahit, kami mendapatkan petunjuk bahwa nama Manggalawardhani atau Dyah Suragharini , di sebut sebagai ratu Tanjung pura. ia adalah permaisuri dari sang sinagara atau yang di di kenal sebagai rajasa wardhana yang memerintah majapahit pada tahun 1451—1453 masehi.
Sebelum Menjadi permaisuri rajasa wardhana, Manggalawardhani Dyah Suragharini sempat menikah dengan Bhre Paguhan(III), namun menurut pararton mereka tidak memiliki keturnan.
Dari Sanga sinagara dengan Manggalawardhani Dyah Suragharini menurunkan empat keturunan, yang pertama menjadi penerus bhree kahuripan terakhir, bhree mataram lima, bhree pamotan tiga, (III) dan bhree Majapahit terakhir atau yang di kenal dengan Brawijaya.
Demikianlah identitas dari Manggalawardhani Dyah Suragharini yang di sebut sebagai bhree tanjung pura atau yang di juga di beri gelar putri junjung buih. Maka kelak di kemudian hari putri dari keturunan raja di pulau borneo seperti dayang potong atau layang putung ketika menikah dengan keturunan majapahit, di beri gelar sebagai putri junjung buih.
MIFTAHUL HUDA ( dari berbagai sumber )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar