Tulisan ini telah kami buat dalam bentuk Video sederhana yang kami buat secara swadaya guna perkembangan Sejarah lokal. Adapun isi dari video ini kami himpun dari hasil riset serta kompilasi dari berbagai sumber yang kami cantumkan secara jelas pada akhir video ini.
Mohon maaf apabila masih banyak kekurangan.. Selamat membaca serta menyaksikan video kami !!
Salam Budaya .. !
Jauh hari sebelum masa global positioning satellite dan orto-fotografi multi-spektrum, yang sudah berkembang di era digital ini , para kartografer kuno harus bergantung pada informasi dari mulut ke mulut untuk menggambarkan tempat-tempat yang jauh yang jauh dalam bentuk peta.
Kadang-kadang, mereka menggambar sesuatu di laut seperti ikan, bahkan monster laut pada peta mereka , untuk menggambarkan seuatu yang telah mereka jumpai. Pada waktu yang lain, mereka memperbesar atau memperkecil ukuran suatu tempat pada sebuah peta setelah mendengar yang lebih lengkap, dan menambahkan rinciannya sendiri secara manual.
Ketika pembuat peta zaman awal melukiskan permukaan bumi pada peta, mereka hanya menggambar fitur geografis berdasarkan yang mereka lihat atau yang diceritakan oleh wisatawan dan penjelajah. Karena begitu sedikit yang diketahui tentang dunia, informasi yang ditampilkan pada peta agak jarang dan sulit untuk mengevaluasi kualitas atau akurasi peta.
Bahkan, sebagian besar peta yang dibuat sebelum masa Renaisans Eropa, adalah begitu umum dan tidak akurat, karena rata rata pembuat peta pada mamsa itu mengasumsikan kita hidup di bumi yang datar sehingga menimbulkan salah tafsir dalam bentuk penggambaran.
Melalui peta peta kuno yang berhasil kami himpun dari berbagai sumber, kita akan mencoba untuk melacak jejak kerajaan Tanjung pura di tanah borneo yang pernah berjaya pada masanya, dan terekam sebagai salah satu peradaban sejarah yang sejajar dengan kerajaan kerajaan yang besar di nusantara.
- Yang pertama adalah peta dari abraham Ortelius pada abad 15 .
Abraham Ortelius atau yang di kenal dengan panggilan Ortelius merupakan sosok pencipta atlas dunia era modern atau kartografer. Artinya sebelum ortelius, ada banyak para pembuat peta di era sebelumnya, namun karena metode yang masih sangat manual sehingga banyak peta yang tidak sesuai, namun dari para kartografer sebelumnya, ortelius banyak belajar mengenai metode pembuatan peta sehingga bisa mendekati aslinya.
Dari karya karya kartogarfer sebelumnya banyak peta yang menjadi teka teki, bahkan peta pulau Taprobana yang di buat pada jaman yunani kuno yang berhasil di rekonstruksi ulang di abad ke 14 hingga saat ini masih menjadi perdebatan para ahli, ada yang berpendapat jika itu adlah pulau Sumatra dan sri langka dan ada juga yang berpendapat bahwa peta purba tersebut seshungguhnya adalah pulau kalimantan saat ini.
Pembahasan mengenai peta taprobana ini kami ulas khusus pada sesion yang lain di, untuk saat ini kami akan fokus untuk membahas keberadaan tanjung pura melalui peta moderen yang di mulai di abad ke 14 masehi.
Kembali pada Sosok Ortelius seorang kartogarafer moderen, ia sangat berpengaruh bagi dunia pemetaan. Ortelius lahir di Belgia pada 14 April 1527. Sebelum menerbitkan peta pertamanya, Ortelius dilatih sebagai pengukir. Baru pada tahun 1560, Ortelius tertarik pada pembuatan peta karena dipengaruhi oleh Gerardus Mercator, yakni seorang kartografer yang juga populer di zaman itu.
Dengan keuletan dan kerja keras, akhirnya Ortelius berhasil membuat peta moderen sebanyak dua kali yakni pada tahun 1570 dan 1572 masehi.
Pada peta yang di buat pada tahun 1570 M. oleh Abraham Ortelius, Pulau borneo di gambarkan oleh ortelius masing sangat sederhana, namun pada peta pertama tersebut ia sudah menuliskan Nama Tanjung pura dengan sebutan Tamiam pura, bahkan dengan ikon penanda seperti sebuah kota, dan hal ini di pulau borneo tidaklah banyak, hanya ada beberapa titik yang di berikan penanda oleh ortelius sebagai kota pada masa itu.
Kemudian pada tahun 1572, ortelisu kembali membuat peta dunia, dan di dalamnya memuat pulau borneo atau kalimantan. Kali ini ada dua nama yang identik di pulau borneo ini, yakni nama Taiao puro dan Tamiam pura dengan penanda yang berbeda. Hal ini masih perlu di adakan penilitan lebih lanjut mengenai dua nama berbeda yang merujuk pada nama Tanjung pura .
Jika dilihat dengan seksama nama tamiam pura adalah lokasi Tanjung pura masa lalu, saat ini adalah Kota Sukadana Kabupaten Kayong utara. Sedangkan nama Taiaopura ada di atas garis khatulistiwa, bisa saja kota yang di bernama Taiaopura tersebut memiliki hubungan dengan kota Tanjung Pura atau Taiaopura.
Jika di lihat dari angka tahun, yakni 1570 masehi. Pertanyaanya apakah yang terjadi dengan kerajaan tanjung pura di tahun tersebut ?. Dari beberapa buku dan catatan yang berhasil kami himpun, ada beberapa peristiwa penting di tahun 1570 M tersebut, yang mana pada tahun itu adalah masa panembahan Baroh berkuasa.
Panembahan Baroh adalah raja kerajaan Tanjung Pura, yang saat itu sudah merintis kedudukannya di sungai matan. Ia adalah raja ke enam (6) dinasti tanjung pura di sukadana, yang di awali oleh Prabujaya atau Brawijaya, lalu kemudian di lanjutkan dengan Baparung atau baporong, panembahan karang tunjung, panembahan sang ratu agung atau gusti syamsudin, gusti abdul wahab atau panembahan bandala, penambahan pangeran anom lalu yang ke enam adalah panembahan Baroh, yang naik tahta pada tahun 1533 Masehi.
Menurut buku “Sekilas Menapak Kerajaan Tanjung Pura” yang di tulis oleh Gusti Muhammad Mulia pada tahun 2007, Panembahan baroh atau di baroh adalah nama panggilan atau gelar, dengan Kata di adalah menunjukan tempat sedangkan “baroh “ berati rendah atau di bawah.
Pada masa panembahan baroh ini dibuat sebuah kolam besar yang di namai sebagai “laut ketinggalan”, kisah laut ketinggalan ini begitu melegenda hingga saat ini di kalangan masyarakat , namun sayangnya bekas puing puing peninnggalan serta kolam laut ketinggalan tersebut saat ini sudah tidak terawat lagi, bahkan sebagian sudah menjadi lahan milik pribadi dan di tanami pohon sawit. Tepat di samping kolam ini terdapat makam panembahan baroh yang kondisinya juga tidak begitu terawat.
Sejarah dan kisah laut ketinggalan dan pemerintahan Panembahan baroh, secara lengkap kami sajikan khusus pada ulasan yang lain.
Menurut buku “Dokumentasi Sejarah Kesultanan Matan” yang di tulis oleh Gusti Carma Dwi Husada berdasarkan catatan dari Von dewall, ia berhasil mengidentifikasi bahwa panembahan baroh juga bergelar sultan Musthafa Izzudin. Ia wafat pada tahun 1790 masehi.
Bersambung Pada part 2
MIFTAHUL HUDA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar